Di dalam gerimis,
penuh rahmat, dia tersungkur
cendawan akrab, sesegar pagi
dan permai damaikan
nun di pinggir rimba,
lantas mendambakan
cinta sempurna, dari jiwa,
bakal surinya
di dalam kelambu,
mendung ungu, dia tersalut
kilauan kayangan, pedoman,
ikhtiar dan arah
persis aku tak mengangankan,
hidup sederhana
menyamai, hari-hari,
mimpi-mimpi nya
sendiri meratapi
sekalungan sengsara
dan menelan siksa
pahit maung pada pujangga
terbukti kasihnya hanya sengatan berbisa
menguntum gerigis besi kaca dan pawaka
tak tersedar menyeresapi
ke pusat keinsanan
membibitkan titis-titis
sepekat warna darah dan dosa